Manusia dan Kebudayaan Daerah Sumatera Utara

Manusia dan Kebudayaan  Daerah Sumatera Utara


A.      Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara umum manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.

Seorang Antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pandangan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang di anutnya. Interaksi antar komponen tersebut dapat terjadi antara individu dengna individu, antara lain individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.

B.     Budaya Batak
1.    Pengertian
Orang Batak dewasa ini untuk bagian terbesar mendiami wilayah Sumatra Utara. Mulai dari perbatasan daerah istimewa Aceh di utara sampai perbatasan dengan Riau dan Sumatra barat di sebelah Selatan. Selain daripada itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada diantara pegunungan dengan pantai timur Sumatra utara dan pantai barat Sumatra utara. Dengan demikian maka orang batak ini mendiami dataran Tinggi karo,Langkat hulu, Deli hulu, Serdang hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan Mandailing dan kabupaten tapanuli Tengah.
Pada umumnya daerah ini terkenal iklim musim tanah di datar di antara daerah pegunungan dan pantai merupakan daerah subur untuk pertanian, sedangkan daerah pegunungan terdiri dari padang rumput. Daerah pegunungan itu, masih dapat memberikan hidup kepada penghuninya berkat penggunaan teknik irigasi dan penggunaan pupuk. Teknik pengolahanya dengan sistim tegalan dan sawah. Daerah sawah sehabis panen padi lalu di tanam palawija yang merupakan barang ekspor utama dari daerah itu. Ditempat yang penanaman padinya kurang menguntungkan maka di tanam seperti bawang kacang, buah-buahan dan nilam disamping hasil hutan lainya.
Suatu hal yang menguntungkan bagi orang batak ialah, sejak jaman kemerdekaan jaringan jalan-jalan raya telah mencapai sampai keplosok-plosok. Dengan demikian prasarana yang menghubungkan dan memperkenalkan orang batak dengan dunia luar telah tersedia.
Suku bangsa batak lebih khusus terdiri dari Sub suku-suku bangsa:
a.       Karo yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo langkat hulu, deli hulu, serdang hulu dan sebagian dari dairi (menurut sensus 1930 mereka diperkirakan terdiri dari 120.000)
b.      Simalungun yang mendiami daerah induk simalungun (50.000 orang menurut sensus 1930)
c.       Pakpak yang mendiami daerah indukdairi (22.000 menurut sensus 1930)
d.      Toba yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi danau toba, pulau samosir, dataran tinggi toba, daerah asahan, silindung, daerah antara barus dan sibulga dan daerah pegunungan pahai dan habin saran(jumlah mereka terbesar diantara sub suku-suku bangsa batak,ialah 40.000 menurut sensus 1930)
e.      Angkola yang mendiami daerah induk angkola dan sipirok sebagaian dari sibolga dan batang toru dan bagian utara dari padang lawas
f.        Mandailing yang mendiami daerah induk mandailing, ulu, pakatan dan bagian selatan dari padang lawas (bersama-sama dengan orang angkola mereka diperkiran berjumlah 160.000 orang menurut sensus 1930)Menurut cerita-cerita suci (tarombo) orang batak , terutama dari orang batak toba.semua sub suku-suku bangsa Batak itu mempunyai nenek moyang yang satu yaitu Si Raja Batak.

2.      Sejarah
Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda (Neolitikum). Peter Bellwood, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Revised edition, University of Hawaii Press, Honolulu, 1997]. Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam.
Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
3.      Salam Khas
Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya, namun masih ada dua salam lagi yang kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya
1)      Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
2)      Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”
3)      Toba “Horas, Syalom Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
4)      Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
5)      Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”

4.      Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal, yaitu menurut garis keturunan ayah.Dalam berhubungan antara yang satu dengan yang lain pada masyarakat Batak, mereka harus mampu menempatkan dirinya dalam struktur  itu sehingga mereka selalu dapat mencari kemungkinan hubungan kekerabatan di antara sesamanya dengan cara martutur. Hubungan antara satu marga dengan marga lainnya sangat erat, setelah terjadinya beberapa kelompok kecil yang diakibatkan sebuah perkawinan.

Memang benar, apabila seorang Batak menyebut anggota marga-nya dengan sebutandongan-sabutuha (mereka yang berasal dari rahim yang sama). Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh anak laki-laki, dan menjadi punah kalau tidak ada lagi anak laki-laki yang dilahirkan. Sistem kekerabatan patrilineal ini yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak, yang terdiri atas turunan-turunan, marga, dan kelompok-kelompok suku, semuanya saling dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki itulah yang membentuk kelompok kekerabatan, sedangkan perempuan menciptakan hubungan besan (affinal relationship), karena ia harus kawin dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain.

5.      IPTEK
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktifitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.

6.      Kesenian
Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi, seni sastra, seni musik, seni tari, seni bangunan, seni patung, dan seni kerajinan tangan.  Terdapat beberapa seni masyarakat Batak, antara lain:
a.     Margondang
Upacara margondang diadakan untuk menyambut kelahiran anak mereka dan sekaligus mengumumkan kepada warga kampung bahwa dia sudah mempunyai anak. Kata margondang merupakan bentukan dari kata dasar gondang (gendang) yang mendapat awalan me- atau ber-. Margondang menyatakan kata kerja yakni bergendang atau memainkan alat musik gendang. Margondang merupakan suatu kebiasaan masyarakat Batak yang dilakukan dalam suatu upacara tertentu. Tujuan filosofinya adalah untuk mengukuhkan muatan religi acara tersebut karena merupakan kebiasaan yang diwarisi dari leluhur.

b.    Seni Tari (Tor-tor)
Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan gondang (gendang). Tortorpada dasarnya adalah ibadat keagamaan dan bersifat sakral, bukan semata-mata seni. Tortor dan gondang diadakan apabila upacara penting kehidupan masyarakat Batak, misalnya melaksanakan horja (kerja adat) antara lain: mengawinkan anak,martutuaek memandikan atau memberi nama anak), memasuki rumah baru, mengadakan pesta saring-saring (upacara menggali kerangka jenazah), pesta bius (mangase Taon); upacara tahunan, dan pesta edangedang (pesta sukaria).

c.     Seni Patung
Dulu, biasanya para raja-raja memesan patung untuk makam. Kehadiran patung pada suku Batak diduga sudah ada sejak lama sekali. Menurut sejarahnya patung pada mulanya dibuat dari tumpukan –tumpukan batu yang berwujudkan nenek moyang dengan dasar kepercayaan. Tumpukan-tumpukan batu itu dibuat menjadi sakral yang kepentingannya erat sekali dengan kepentingan kepercayaan masyarakat. Kemudian tumpukan batu itu berkembang terus dan berubah menjadi sebuah bentuk patung. Sesuai dengan perkembangannya dari wujud sakral beralih kepada bentuk yang simbolis memberi rupa wajah manusia atau binatang. Di Tomok, Pulau Samosir, terdapat jalan setapak kecil yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Bapak Charles Sidabutar, salah satu keturunan raja yang kini menjaga makam, menjelaskan bahwa sesuai kepercayaan setempat pada saat itu, jenazah tidak boleh dimakamkan di tanah, melainkan harus di dalam batu.

d.    Kerajinan Tangan (Ulos)
Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna. Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak. Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak.  Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.

Tiap-tiap kain tenun Ulos  yang dihasilkan memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang menerimanya. Misalnya saja Ulos Ragidup. Ulos ini adalah kain tenun yang tertinggi derajatnya. Sebab, pembuatannya sangatlah sulit. Kain tenun ulos jenis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah yang ditenun sendiri dengan motif yang rumit. Motif Ulos Ragidup ini harus terlihat seperti benar-benar lukisan hidup. Karenanya, ulos jenis ini sering diartikan sebagai ulos yang melambangkan kehidupan dan doa restu untuk kebahagian dalam kehidupan.

Ulos Ragihotang. Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Ulos ini pun sering dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus atau penutup jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.

Selain kedua jenis ulos tersebut, ada satu jenis ulos yang disebut Ulos Sibolang. Ulos ini digunakan sebagai tanda jasa penghormatan. Biasanya dipakai oleh orangtua pengantin atau diberikan oleh orangtua pengantin perempuan buat menantunya. Oleh karena itu, Ulos Sibolang dijadikan sebagai lambang penyambutan anggota keluarga baru. Ulos Sibolang juga diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Ulos ini diberikan sebagai tanda menghormati jasanya yang telah menjadi istri yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah menjadi janda.

7.      Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebarannya meliputi batak selatan. Agama Kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebarannya meliputi batak utara. Walaupun demikian banyak sekali masyarakat didaerah pedesaan yang masih mempertahankan konsep asli religi penduduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debata Mula Jadi Na Bolon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukannya:
1). Debata Mula Jadi Na Bolon : bertempat tinggal diatas langit dan merupakan maha pencipta;
2). Siloan Na Balom : berkedudukan sebagai penguasa dunia makhluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa. Orang Batak mengenal tiga konsep yaitu : tondi, jiwa, atau roh;
3). Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang;
4). Begu : tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sihir dari jimat yang disebut Tongkal.


“Banyak sekali orang yang berpendapat bahwa adat istiadat dari orang Sumatera Utara kasar-kasar”. Menurut saya banyak orang yang menganggap orang sumatera kasar-kasar dikarnakan dari tutur bahasa yang agak sedikit keras. Sebenarnya bahasa tersebut sudah menjadi tradisi dari orang sumatera,karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan atau tradisi yg telah diturunkan dari generasi ke generasi. dan tidak akan bisa dirubah,karena kebiasaan itu sudah lahir dari jaman nenek moyang kita.
Jadi marilah kita cintai kebudayaan dan berbagai macam suku suku di negara kita ini karena Indonesia mempunyai banyak sekali kepulauan yang tak ada habisnya. Batak toba salah satu nya yang sudah kita kenal dan kita simak sebagaimana makalah diatas, dan semoga kita menghargai dan tidak akan lupa dengan leluhur atau nenek moyang kita yang telah menciptakan budaya-budaya tersebut. 

Daftar Pustaka:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

MAKALAH KONFLIK SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

Hubungan Sastra, Masyarakat, dan Kebudayaan