MAKALAH KONFLIK SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
Disusun Oleh: Immmanuel
Angga Designori
Kelas: 1TA03
NPM: 13315318
Dosen Pembimbing:
Emilianshah Banowo
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANYA
UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK
2015
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa
karena kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “KONFLIK
SOSIAL DAN KEBUDAYAAN”. Sebaik mungkin makalah saya buat meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya, dan juga saya berterima kasih pada Bapak Emilianshah
Banowo selaku dosen mata kuliah “Ilmu Sosial Dasar” yang telah memberikan
motivasi dan kesempatan kepada saya
untuk mengerjakan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai seberapa besar social dan budaya
sehingga terjadi konflik. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, 16 Desember 2015
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I
Pendahuluan...........................................................................................1
A.
Latar Belakang.............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................ 1
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
Bab II Pembahasan......................................................................................... 2
A.
Definisi Konflik dan Kebudayaan................................................ 2
B.
Indikator Konflik.......................................................................... 3
C.
Teori-teori Penyebab Konflik....................................................... 3
D.
Faktor-faktor Penyebab Konflik................................................... 4
E.
Jenis-jenis Konflik........................................................................ 5
F.
Dampak Konflik........................................................................... 7
G.
Cara Mengatasi Konflik................................................................ 8
Bab III Penutup............................................................................................... 10
A.
Kesimpulan................................................................................... 10
B.
Saran............................................................................................. 10
Daftar Pustaka................................................................................................. 11
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban mentaati semua perintahnya. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan makhluk sosial yang melakukan
interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi
saling mempengaruhi antara individu dan individu, individu dan kelompok serta
antara kelompok dan kelompok. Dalam melakukan proses interaksi sosial ini
kadang terjadi perbedaan pendapat diantara masyarakat yang nantinya akan
menjadi sebuah konflik. Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat
dihindarkan dari manusia yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Bisa dikatakan bahwa konflik
merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih yang mana salah
seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan
salah satu teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah
proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita
melihat dari teori tersebut, bisadisimpulkan bahwa sebagai masyarakat tidak
bisa menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita.
Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber-sumber yang
menjadi patokan atau pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar
kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan
makalah ini yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan konflik dan
kebudayaan?
2.
Bagaimana cara mengatasi terjadinya
konflik?
3.
Apa saja yang menjadi faktor
terjadinya suatu konflik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam menyusun
makalah ini yaitu:
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Sosial Budaya.
2.
Menambah pengetahuan tentang konflik
dan kebudayaan.
3.
Mengetahui macam-macam teori
konflik.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Definisi Konflik dan Kebudayaan
Konflik berasal dari kata kerja
latin configure, yang berarti saling memukul, yang dimaksud dengan konflik
sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak
lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,
menekan, hingga saling menghancurkan.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan
Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku
dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
Menurut Berstein (1965), Menurut
Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah.
Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif
dalam interaksi manusia.
Dari berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau
kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk
ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan
hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan
eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau
saingannya.
Kebudayaan atau Culture berasal dari
bahasa latin Colore yang artinya pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah
pertanian. Sedangkan kebudayaan, akar katanya berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu Buddayah yang berarti budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan adalah
hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan istilah Cultural-Determinism yaitu, segala sesuatu yang
ada di masyarakat ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan
menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi, diperoleh
pengertian tentang kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Indikator Konflik
Menurut Nasikun, ada beberapa
indikator yang bisa digunakan untuk menilai intensitas konflik, khususnya yang
terjadi di indonesia, antara lain sebagai berikut:
- Demontrasi, yang dimaksud dengan demonstrasi disini adalah sejumlah orang yang tidak menggunakan kekerasan mengorganisir untuk melakukan protes terhadap suatu rezim pemerintahan atau terhadap pimpinan, atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, tindakan yang sedang direncanakan rezim.
- Kerusuhan, pada dasarnya sama dengan demonstrasi. Perbedaannya adalah kerusuhan menggunakan kekerasan fisik, yang diikuti dengan perusakan barang-barang, perbedaan lainya adalah kerusuhan ditandai oleh spontanitas sebagai suatu akibat dari suatu insiden.
- Serangan bersenjata, yaitu suatu tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk melemahkan atau menghancurkan kekuasaan kelompok lain.
- Indikator yang berhubungan atau akibiat dari kerusuhan, serangan bersenjata, demonstrasi, indikator tersebut adalah jumlah kematian akibat kekerasaan.
- Govermental sanction, adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh penguasa untuk meniadakan suatu ancaman terhadap keamanan pemerintahan, rezim yang berkuasa.
C. Teori-teori Penyebab Konflik
Ada beberapa teori penyebab konflik
berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab konflik.
1.
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus
terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam
suatu masyarakat.
2.
Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalamai konflik.
3.
Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh
kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau
dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering
merupakan inti pembicaraan.
4.
Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa
lalu yang tidak diselesaikan.
5.
Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam
cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
6.
Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial,
budaya dan ekonomi.
D. Faktor-faktor Penyebab Konflik
1.
Perbedaan individu yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik.
Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalin hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman tentu perasaan
setiap warga berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada
pula yang merasa terhibur.
2.
Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikitnya akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memiicu konflik.
3.
Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan latar
belakang kebudayaan terdiri dari banyak sebab, baik secara budaya, latar
belakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan tersebut akan
berpengaruh karna dapat membentuk kepribadian yang berbeda.
4.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat
dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar
terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung cepat dan bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapatmemicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama di masyarakat tradisisonal yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktuaral yang disusun
dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan wktu yang cenderung tidak
ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas sseperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini terjadi secara cepat
dan mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
E. Jenis-jenis Konflik
Indonesia adalah salah satu negara
yang berpotensi konflik. Dilihat dari berita-berita di media massa, berbagai
konflik terjadi di Indonesia. Konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa macam yaitu:
1.
Berdasarkan Sifatnya
a.
Konflik destruktif
Merupakan
konflik yang membawa akibat kurang menguntungkan bagi pihak yang berkonflik.
Konflik destruktif dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda,
persaingan, perasaan cemas dan sebagainya. Konflik destruktif dapat terjadi
karena perasaan tidak senang atau benci. Contoh konflik destruktif adalah
konflik di Sambas.
b.
Konflik konstruktif
Adalah suatu konflik yang terjadi karena adanyaperbedaan
pendapat dalam menghadapi suatu masalah. Konflik konstruktif mampu membawa ke
arah keuntungan dan akibat yang membangun, konflik ini bersifat fungsional.
Hasil dari konflik konstruktif diantaranya menghasilkan suatu konsesus atau
kesepakatan dari perbedaan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu
perbaikan. Contoh konflik konstruktif adalah perbedaan pendapat dalam rapat.
Konflik konstruktifdapat menghasilkan keuntungan diantaranya meningkatkan
inisiatif dan kreatifitas, dan surutnya ketegangan pribadi.
2.
Berdasarkan Posisi Pelaku yang
Berkonflik
a.
Konflik vertikal
Konflik vertikal adalah konflik yag terjadi antara lapisan
dan komponen masyarakat yang berbeda atau bertingkat. Misalnya seperti konflik
masyarakat dengan negara seperti yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat,
buruh dengan majikan, konflik aceh dan sebagainya.
b.
Konflik horizontal
Merupakan konflik yang terjadi dalam satu lapisan sosial
yang sama. Konflik horizontal misalnya konflik yang terjadi antarsuku bangsa,
antarras, antaragama, antargolongan seperti yang terjadi di Papua, Poso dan
sebagainya. Konflik ini terjadi karena para pelaku yang berkonflik kedudukannya
sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
c.
Konflik diagonal
Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi kerena
adanya ketidak adilan alokasi sumber daya keseluruhan organisasi sehingga dapat
menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Misalnya pertentangan atau konflik di
Aceh.
3.
Berdasarkan Sifat Pelaku yang
Berkonflik
a.
Konflik terbuka
Yaitu
konflik yang diketahui oleh semua pihak, misalnya konflik yang dialami para
artis.
b.
Konflik tertutup
Merupakan
konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat
dalam konflik.
4.
Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas
Manusia
a.
Konflik sosial
Yaitu konflik yang sering terjadi akibat adanya perbedaan
kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibagi menjadi
dua, yaitu:
i.
Konflik vertikal, yaitu konflik yang
terjadi antara lapisan sosial yang berbeda. Misalnya konflik yang terjadi antara
pemerintah dengan warga masyarakat.
ii.
Konflik horizontal, yaitu konflik
yang terjadi antara kelompok atau individu dalam kelas atau lapisan sosial yang
sama. Misalnya konflik antarsuku, antaretnis, antarras dan sebagainya.
b.
Konflik politik
Yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan. Misalnya konflik kekuasaan yang
terjadidi Thailand.
c.
Konflik ekonomi
Yaitu
konflik ekonomi yang terjadi karena adanya masalah ekonomi, misalnya perebutan
sumber daya ekonomi dan sebagainya. Contohnya konflik yang terjadi dalam
kepentingan ekonomi antara pengusaha dan buruh.
d.
Konflik budaya
Yaitu
konflik yang terjadi krena adanya perbedaan kepentingan budaya budaya dari
pihak yang berkonflik. Konflik budaya misalnyakonflik yang terjadi antara dua
kebudayaan yang berbeda.
e.
Konflik ideology
Yaitu
konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang
atau sekelompok orang. Konflik ideologi misalnya konflik yang terjadi antara
massa akhmadiah dengan massa FPI.
5.
Berdasarkan Cara Pengolahannya
a.
Konflik interindividu
Merupakan
konflik yang terjadi karena ada kaitan erat dengan emosi individu hingga
tingkat keresahan yang paling tinggi. Konflik ini terjadi didalam diri manusia.
Misalnya seorang hakim yang harus memutuskan perkara untuk adiknya yang
bersalah. Hakim ini akan mengalami konflik peran antara menunjukkan loyalitas
sebagai hakim dan mempertimbangkan adiknya yang jadi tersangka.
b.
Konflik antarindividu
Merupakan
konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang lainnya. Konflik ini
menyangkut perbedaan pendapat, ide, gagasan, kepentingan, bahkan emosional.
Konflik seperti ini hampir pasti pernah di alami oleh setiap individu.
c.
Konflik antarkelompok
Merupakan konflik yang terjadi antara kelompok satu dengan
kelompok lain. Konflik ini dapat di jumpai dalam masyarakat. Misalnya konflik
yang terjadi antarkampung.
F.
Dampak Konflik
Konflik yang tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan dampak yang kurang baik. Konflik akan berakibat positif
ketika konflik yang terjadi membawa keuntungan bagi pihak yang berkonflik.
Untuk itu, maka konflik perlu dikelola secara baik dan benar sehingga dapat
meminimalisir dampak negatif konflik.namun, tidak ada konflik yang tidak
membawa akibat bagi masyarakat. Konflik mempunyai dampak dan akibat baik
langsung ataupun tidak langsung, baik positif ataupun negatif.
Dampak langsung konflik diantarnya
rusaknya harta benda, timbulnya korban jiwa, keretakan hubungan, kemiskinan
bertambah, rusaknya sarana dan prasarana dan sebagainya. Contohnya seperti
dampak dari konflik Irak dengan Amerika yang membawa dampak langsung yang
bersifat negatif bagi penduduk Irak.Dampak tidak langsung dirasakan oleh pihak
yang tidak terlibat dalam konflik.
Dampak terjadinya konflik
diantaranya:
1.
Aspek sosial budaya
a.
Dampak negatif:
i.
Memperjelas jarak social
ii.
Perubahan kepribadian para individu
iii.
Dominasi (apabila kekuatan pihak
yang saling bertikai tidak seimbang)
iv.
Takluknya salah satu pihak karena
dominasi
b.
Dampak positif:
i.
Memperkuat solidaritas internal
kelompok
ii.
Pertentangan dua kubu memunculkan
simpati dari orang/kelompok lain
iii.
Akomodasi (apabila kekuatan pihak
yang saling bertentangan seimbang)
2.
Aspek hukum
a.
Pelanggaran HAM
b.
Masalah kepemilikan tanah
3.
Aspek ekonomi dan tata ruang kota
a.
Kehilangan lapangan pekerjaan
b.
Muncul lapangan kerja baru
c.
Masalah daerah kumuh
4.
Aspek kependudukan
a.
Perpindahan penduduk (karena konflik
berkepajangan)
b.
Muncul masalah sosial lainnya
seperti kesehatan, keamanan, ketenagakerjaan, dsb.
5.
Aspek pemerintah dan pelayanan public
a.
Banyaknya penduduk yang migrasi
memunculkan kepadatan dan kemacetan sehingga berimbas pada pelayanan publik.
G.
Cara Mengatasi Konflik
1.
Koersi (coersion)
Yaitu
suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Paksaan
merupakan suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik
maupun psikologis. Dalam pelaksanaan akomodasi ini salah satu pihak berada
dalam posisi yang lemah.
2.
Kompromi (compromise)
Yaitu
suatu bentuk akomodasi yang dilakukan dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian dari perselisihan.
3.
Arbitrasi (arbitration)
Yaitu konflik yang dihentikan dengan cara mendatangkan pihak
ketiga untuk memutuskan dan kedua belah pihak yang bertikai harus mentaati
keputusan tersebut karena bersifat mengikat.
4.
Mediasi (mediation)
Yaitu
penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang bersifat netral dan
tidak hanya berfungsi sebagai penasihat. Keputusan dari pihak ketiga ini tidak
mengikat.
5.
Toleransi (tolerantion)
Yaitu suatu bentuk akomodasi dimana ada sikap saling
menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak yang berkonflik.
Bentuk akomodasi ini disebut juga tolerant-participation. Bentuk ini merupakan
suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul
secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
6.
Konversi (convertion)
Yaitu
penyelesaian konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau
menerima pendirian pihak lain.
7.
Konsiliasi (consiliation)
Yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
8.
Adjudukasi (adjudication)
Yaitu
suatu penyelesaian konflik melalui pengadilan.
9.
Stalemate
Yaitu
suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan seimbang,
namun terhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya karena
kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
10.
Gencatan senjata
Yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu
guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya
untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur korban tewas,
berunding, dan sebagainya.
11.
Segregasi (segregation)
Yaitu
upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar diantara pihak-pihak
yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan.
12.
Dispasement
Yaitu
usaha untuk mengakhiri konflik dengan mengalihkan perhatian pada objek
masing-masing.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Konflik sosial adalah salah satu
bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat
yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling
menghancurkan. Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudah tidak aneh lagi apabila didalam suatu
kebudayaan seringkali terjadi konflik dan pertentangan antar anggota. Maka dari
itu terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan konflik yang
terjadi yakni, koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, toleransi, konversi,
konsiliasi, adjudikasi, stalmate, gencatan senjata, segregasi, dan dispasement.
B.
Saran
Untuk menjadi warga negara Indonesia
yang baik tentu saja setiap orang diharuskan untuk menjaga perdamaian,
ketentraman, keadilan dan keamanan di negara Indonesia. Banyak cara yang dapat
dilakukan, salah satunya dengan cara menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya konflik.
Daftar
Pustaka
terimakasih gan, sangat membantu
BalasHapus